cerita sex gay; The Armpit Hunter
cerita sex gay; The Armpit Hunter
Semenjak masih berumur 10 tahun, saya sudah merasa ada yang aneh dengan sikap dan perangaiku saat melihat pria yang muda dan tampan, indra kelelakianku langsung berdesir, burungku tiba-tiba menegang dan nafas menjadi berat. Hingga saatnya aku mengetahui perasaan apa sebenarnya yang aku alami saat itu.
Saat itu aku masih duduk di bangku SMA kelas 1 di kota Makassar, panggil saja aku Andi, wajah yang pas-pasan, serta tubuh yang semampai, selalu memikirkan cowok yang kebetulan adalah teman sekolah, namanya Arman. Dia tampan, berbadan atletis dan yang terutama adalah wangi maskulinnya ketika sedang berkeringat. Di dalam pikiranku hanya ada dua bila melihatnya sedang berkeringat, pertama menjilat ketiaknya, dan kedua mengisap penisnya. Pokoknya saya selalu bermimpi untuk bersenggama dengannya. Walaupun saya sangat jarang menonton film blue, tetapi entah sejak kapan saya beralternatif memuaskan nafsuku tadi dengan ber-onani di kamar mandi atau di kamar tidur. Dengan membayangkan wajah Arman dalam keadaan bugil, kemudian saya berfantasi menikmati ketiaknya dan dadanya yang bidang, lalu ia menyodomi lubang kenikmatanku yang masih perawan dengan ganasnya.
Semenjak musim kemarau di tahun kedua di sekolah dulu, saya rajin mengikuti renang karena tahu kalau Arman satu jadwal denganku. Saat itu aku melihatnya dari jarak dekat dengan celana renangnya yang seksi, ouffh… ia begitu cakep dengan rambutnya yang basah dan dicukur cepak, serta tonjolan yang besar di bagian pahanya bagaikan botol cola yang kenyal. Yang paling aku sukai termasuk badannya yang aduhai terbentuk, kulit coklat legamnya mengkilat-kilat karena basah, dan ketika ia mengangkat tangannya, huaah… daerah yang paling aku idamkan, ketiaknya yang menggiurkan, dalam sekejap si adik sudah bangun karena horny.
Tetapi setelah duduk di bangku SMA kelas 3, saya merasa onani itu sudah sangat membosankan, apalagi hanya menjilat ketiak sendiri, bahkan terkadang saya meminum air mani sendiri karena sudah sangat bergairah. Hampir tiap hari saya memikirkan Arman, karena dia memiliki kharisma kejantanan yang aku idamkan, dan yang paling aku sukai darinya adalah bau badannya yang semerbak menebar wangi maskulin
Setiap saat saya selalu berpikir untuk bersenggama dengan seorang pria, kalau bisa dengan cowok yang wangi maskulinnya sangat terasa. Seringkali setiap saya melihat cowok yang memakai baju berlengan terpotong, yang saya soroti pasti armpit-nya. Saya sangat maniak dengan armpit cowok, apalagi yang berbulu lebat. Bahkan sampai tu-bek sekalipun, kalau penampilannya seksi dan orangnya macho, hmm… langsung dehh.
Suatu hari, ketika saya menonton Arman bermain basket, saya tidak sengaja duduk di bangku semen di dekat tas sportnya. Tiba-tiba ia berhenti bermain basket, karena sebelumnya mataku tidak terlepas dari tubuhnya yang sangat indah, kemudian ia melihat ke arahku, saya langsung menjadi sangat gugup dan mengalihkan pandanganku ke tempat lain. filmbokepjepang.com Lalu ia berjalan mendekat, dan tentu saja sangat membuatku kikuk, ia duduk tepat di sampingku, melap keringat di lehernya, minum dan beristirahat. Kemudian dia menoleh ke arahku dan membuatku agak salah tingkah.
“Andi, kan?” Sapanya
“Ha? I… Iya…” Jawabku tergagap
“Apa kabar? Kamu masih ingat saya kan? Arman anak 3he? Ingat tho?” Tanya Arman tegas
“Iya, iya, ingat, kenapa?” Balasku biasa, walaupun jantungku berdegup cepat.
“Ingat kan, masa coverboy sekolah endak kenal sih. Eh… Kebetulan, ikut yuk.”
Setelah itu ia mengajakku ke ruang olahraga menyimpan bola basketnya, lalu masuk ke dalam kelasnya, ia megeluarkan kertas gambar dan memintaku membantunya menggambar sebuah cangkir, katanya ia mendengar bahwa ada anak 3c yang pandai menggambar, dengan senang hati akupun menerima tugas dari idolaku. Ia mengatakan akan mengambilnya sore hari di rumahku.
Sepanjang pembicaraan kami dalam kelas itu, saya hanya berusaha menikmati bau badannya yang lebih tajam dari sebelumnya, betul-betul bau yang maskulin. Ia mengajakku pulang bareng, kami berbincang panjang lebar mengenai sekolah dan rumah, ternyata ia juga anak yang menganggap sekolah itu sangat membosankan, dan ia juga tidak terlalu suka bergaul, ketika saya menanyakan hal yang sangat pribadi, bahwa apakah ia sudah punya pacar, ia menjawabnya dengan tertawa, karena ia tidak suka bergaul dengan cewek juga, pikirku mungkin saja ia ada kemungkinan gay sepertiku.
Semenjak itu kami menjadi semakin akrab hingga perpisahan di SMP, ia berkata ada kemungkinan ia akan pindah ke jawa, dan tentu saja itu membuat hatiku menjadi sangat sedih, saya mengira persahabatan ini akan menjadi cinta, namun sampai hari itu, saya masih sangat takut berterus terang bahwa saya mencintainya. Mungkin karena takut ia akan menjauhiku karena ia bukanlah gay seperti yang aku kira.
Sebelumnya kami biasa berbincang mengenai penyimpangan seks di masyarakat, tetapi ia malah tertawa ketika saya membicarakan gay. Malah ia sempat mencela sehingga membuatku semakin yakin kalau ia bukan gay. Akhirnya ia malah menjadi sahabatku yang paling dekat. Saya tidak gugup gagap lagi bila bertemu dengannya. Malahan ia sering mentraktir makan dan nonton bareng. Arman akan menjadi pelipur hati saja.
Ketika kami jajan di mal, kami kebetulan melewati stan show rambut dan busana khusus pria oleh sebuah produk. Aku kira Arman sama sekali tidak tertarik, malah sebaliknya, Arman dengan tergesa-gesa menarikku memasuki kerumunan penonton.
“Wah, asyik nih.” Celetuk Arman
“Asyik apanya?” Tepisku
“Cakep semua lho”
Saat itu pikirku Arman menyinggung busananya.
“Bete tau, makan aja deh” Ajakku
Padahal saat itu saya sebenarnya sangat suka menonton acara seperti itu.
“Tunggu dulu, tanggung.” Arman membantah dan menahanku
Kali ini ia memandang dengan penuh semangat, dan membuat rasa curigaku muncul dan entah karena apa. Mungkin karena tatapannya yang tertuju ke wajah pragawannya bukannya ke busananya.
Pada saat saya berkunjung ke rumahnya untuk merayakan tahun baru 2003, saya disuruh masuk ke kamarnya oleh bapaknya karena ia masih molor. Dengan tekad dan nyali yang gede, kuputuskan hari ini aku akan berterus terang, sebab minggu depan ia akan berangkat, untuk melanjutkan sekolahnya di Bogor.
Ketika masuk di dalam kamarnya, jantungku berdegup keras karena melihatnya setengah telanjang, ia hanya megenakan celana pendek yang sangat seksi, ia bertelanjang dada dan tertidur telentang. Akhirnya pikirku, Arman terlihat hampir telanjang di depan mataku.
Karena tidak mau mengganggu tidurnya, saya hanya duduk menonton tv yang ada di kamarnya, lama kuperhatikan tubuhnya, wajahnya, terutama tonjolan di selangkangnya, aku penasaran karena tampaknya ia tidak memakai cd, aku mengelus perlahan tonjolan itu, dengan nafsu yang tertahan, aku mengelus penisku juga yang semakin menegang, tiba-tiba ia terbangun dan segera kutarik tanganku dari selangkangnya.
“Eh, Andi… Sorry yah, semalam begadang, nonton bola.” Kata Arman sambil menguap
“Sudah lama Andi?” Lanjutnya bertanya
“Tidak, baru juga”
“Oh iya, kamu aku ajak ke sini karena ada hal menarik.”
“Hal menarik?” Tanyaku penasaran
“Itu, nonton film x?” Tanyanya
“Film x?” Jawabku pura-pura tidak tahu
“Semalam, tetanggaku meminjamkannya untukku, diam-diam sih”
Arman kemudian mengambil film blue bergambar penis yang berukuran besar di sampulnya, ia memutarnya dan duduk di dekatku, kemudian mulailah film itu dengan intro seorang gadis telanjang berjoget dan dikelilingi cowok-cowok keren dan berotot, lalu gadis itu mulai digerogoti oleh cowok-cowok itu beramai-ramai. Karena menonton film itu, aku menjadi putus harapan, ternyata Arman bukanlah pria yang seperti aku kira, dan ketika melihat Arman, ia sedang duduk di atas ranjang dan terlihat jelas bahwa penisnya sudah menegang di balik celananya yang sangat tipis itu.
“W… wow… klotmu besar sekali Arman”
“He… he… he…, tunggu saya kunci pintu dulu”
Arman lalu mengunci pintunya dan berdiri di hadapanku, ia dengan tertawa lebar membuka celananya. Penisnya yang besar tetapi tidak terlalu panjang berdiri tegak di hadapanku, mataku tidak henti-hentinya melotot ke arah selangkangnya.
“Besar tho, lebih asik lagi kalau dibeginikan”
Ia mengocok penisnya dan berdesah keras. Saya hanya bengong melihat itu semua, serasa mimpi melihat Arman melakukan ini semua,
“Kamu sering begini Arman?” Tanyaku gugup. Ia tidak menjawab, tetapi langsung merebahkan diri ke kasur dan melanjutkan menonton film itu.
“Jangan bilang siapa-siapa Andi!… ayolah Andi, kamu pasti sering juga kan? Ayo ikutan, mumpung filmnya masih maen. Ayo…” Ajak Arman
Melihatnya begitu penuh nafsu, pikiranku menjadi meracau, entah kenapa tanganku langsung menggenggam penisnya dan mengocoknya dengan lembut, ia mendesah dengan berat, karena sudah tidak tahan, kuhisap saja kepala penisnya yang mulai memerah.
“Oohh… Aghhh… oohhh…. terus Andi… teruskan…” Erangnya
Kuhisap dan sesekali kugigit lembut karena gemas, sensasi yang begitu lezat dan nikmat ketika penisnya berdenyut dalam kulumanku, Arman meremas kepalaku dan sesekali mendorong kepalaku agar mengisap keseluruhan penisnya, mulutku terasa sesak dan hampir muntah karena tidak muat.
Setelah sepuluh menit aku terus menjilati dan menghisap penisnya ia tiba-tiba menyuruhku menghentikannya,
“Hei, kenapa kamu mengisap burungku Andi? Apa kamu gay?” Pertanyaan Arman membuatku betul-betul kaget dan ketakutan.
“Ah… Anu… putri77.com Maaf, maafkan aku Arman, maaf…maksudku… maksud saya tadi… ” Karena sangat ketakutan, pikiranku semakin kacau saja, pikirku ia tidak akan lagi berteman denganku…
“Maafkan aku,… tolonglah, jangan katakan kepada siapapun kalau… ” Sebelum aku menyelesaikan kata-kataku, Arman sudah mendaratkan ciuman mesranya di mulutku, langsung saja aku membalas dengan mesra, kami saling menjilat lidah dan bertukar liur, ia benar-benar menciumku dengan ganasnya. Akupun mendekapnya dengan memegang lehernya dan dadanya yang ditumbuhi bulu halus. Kemudian kami berhenti berciuman,
“Andi! Sebetulnya aku sangat mencintaimu Andi!” Perkataan Arman membuatku sangat kaget, ternyata ia juga diam-diam mencintaiku, dan karena tidak ingin membuang waktu, ia kembali mencimku dengan lebih ganas lagi, akupun tidak mau kalah dengannya, kujilati lehernya kemudian terus turun ke putingnya, kugigit dan kuisap kuat dan membuatnya bergelinjangan nikmat.
“Ahh… Sspp…. Ahh…. Sspp… Terus Andi… Enak…. Ahh….”
Melihatnya semakin bergairah, aku langsung menjilat bagian yang paling aku idamkan, ketiaknya yang ditumbuhi bulu halus langsung aku jilat dengan ganas, bau ketiaknya aku hirup dalam-dalam kemudian kembali kujilat lagi. Arman lalu menarikku ke ranjang, ia lalu menindihku dengan tubuhnya yang kekar, ia membuka bajuku seperti macan kelaparan, kini aku hanya memakai cd saja, ia kemudian menciumku dengan lembut, kami lama saling berciuman sambil menggesek-gesekkan penis kami, kami berpelukan dan saling mendekap, keringat kami bercucuran dan kami sudah penuh peluh.
Aku menyuruhnya mengambil posisi 69, ia yang menindihku, ketika penisnya sudah berada di depan mulutku, langsung saja aku melahapnya dan mengocoknya dengan tangan kananku, sedang tangan kiriku meremas-remas pantatnya yang berisi. Armanpun membuka cdku dan mengisap penisku yang sudah sedari tadi menegang, sensasi yang kurasakan sangat berbeda daripada mengocoknya sendiri, nikmatnya seribu kali lebih enak ketika penisku berada dalam kulumannya yang hangat.
“Oohh… oohh… oohh… enaak sekali Arman, oohhh… Arman…. Enaakk”
Sekitar setengah jam kami saling mengisap dan mengulum, sesekali Arman mengisap lubang kecil di kepala penisku dan menjilat bijiku, hingga aku merasa akan ejakulasi dan menyuruh Arman berhenti mengisap burungku,
“Arman… Aku mau keluar nih… Udah dong… Sayang… udahan dong” Pintaku manja
“Baiklah honey, sekarang giliranku memberikanmu kenikmatan yang lebih dasyat lagi”
“Apapun itu, cepatlah sayang, aku tidak tahan, abis kamu cute skali keringat gitu.” Pintaku ketika aku bangkit kemudian memeluknya dan menciumi dada dan ketiaknya yang semakin merangsangku,
“Hmm… bau ketiakmu bikin aku horny banget sayang… “
“Honey, beri aku ashole-mu yach” Tanyanya sambil menggigit putingku dan menjilat ketiakku dengan penuh nafsu
“Baiklah, segera saja sayang, tusuk aku, aku tidak sabaran nih,” Mintaku terburu-buru
“Kamu tahan yah, pasti ini sangat nikmat”
Arman meyuruhku dalam posisi tengkurap, dan ia mulai menindihku dari belakang.
Arman kemudian melumuri penisnya dengan air liur, lalu melumuri ashhole-ku dengan air liur pula, ia melakukan peregangan dengan memasukkan beberapa jarinya ke dalam lubangku, ia putar-putar dan digerakkan maju-mundur, sesekali ia menjilatnya dan memasukkan ujung lidahnya lalu memutarnya di dalam.
“Arghh… arghh… ouhh… enak…” Erangku
Begitu nikmatnya sampai aku meronta-ronta dan membuat seprei berantakan dan terlepas dari kasur karena aku tarik-tarik.
“Terus sayang, ayo teruskan… enak banget” Pintaku tidak puas
Kemudian Arman tidak tahan lagi menunggu, ia secara perlahan memasukkan kepala penisnya ke dalam lubangku. Dan bless!, kepalanya masuk dengan sukses, awalnya terasa sangat sakit sekali, tetapi rasa sakit itu menghilang ketika Arman mulai memaju-mundurkan senjatanya yang besar dan berbulu lebat, kenikmatan ini lebih hebat daripada dijilat oleh lidahnya.
“Aahh… ashhole-mu enak banget Andi, … aahh…aahh… aahh”
Goyangan kami seirama dengan suara becek yang ditimbulkan oleh gesekan hebat dan nikmat yang kami ciptakan.
“Andi, aku mau keluar nih, aku keluarin di dalam aja yah”
“Terserah, apapun itu, Arman, lakukan saja sayang”
“Baiklah sayang…”
Kemudian croot-croot, sekitar empat kali ia menyemburkan maninya dalam anusku, Arman kemudian berhenti sejenak, ia ngos-ngosan dan memelukku dan beberapa kali menciumi punggungku. Arman menjilati leherku, dan terus naik menciumi pipiku, kemudian ia menggerogoti bibirku beberapa saat. Ketika ia terdiam sebentar dan mengatur nafasnya, tiba-tiba ia mulai bergerak kembali, memaju-mundurkan pantatnya. Arman betul-betul pria yang sangat perkasa pikirku.
Arman bergerak semakin cepat, aku merasakan perutku tersodok-sodok oleh hebatnya permainan yang ia berikan untukku, beberapa saat kemudian, dia menyuruhku untuk berposisi nungging, lalu ia menyodokku dari belakang.
“Arghh… aahh… oohh… enak sekali sayang, enaak…” Erangku
Karena tidak tahan, aku mengocok penisku sendiri dengan cepat dan merasakan kenikmatan ganda yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
Arman memberikan posisi yang lebih nikmat lagi, pikirku ia cukup berpengalaman bermain seks dalam usia yang sangat muda. Gerakannya menjadi tidak berirama lagi karena nampaknya ia akan ejakulasi, suara yang sangat becek karena anusku sudah penuh dengan mani, bahkan tidak sedikit yang tertumpah keluar membuatku bergelinjangan menahan nikmat yang tiada tara.
“Andi, aku keluar lagi,… achh… achh… aduuh… ” Teriaknya diiringi semprotan-semprotan magmanya, bersamaan dengan keluarnya lava dari lubang penisku juga yang kental dan sangat wangi. Lalu ia menjatuhkan dirinya di sampingku dan menatapku dengan manis, senyumnya membuatku tersipu malu, penisnya ia cabut dari anusku kemudian menarikku ke pelukannya, akupun bersandar di dadanya dengan manja. Kemudian ia menciumi dahiku dengan lembut.
“Andi! Kamu tahu tidak, kalau aku sudah lama suka denganmu?”
“Betulkah, sebenarnya saya juga sangat suka kepadamu”
“Mau tidak kamu berjanji satu hal sebelum saya berangkat ke jawa.”
“Apa itu?” Tanyaku penasaran
“Ssst, nanti saja honey. Satu kali lagi yach. Aku masih horny sih, kepengen di entot.”
Gairahku menjadi bergelora kembali, entah karena apa, yang pasti awalnya dari bau keringat yang bercampur dengan bau mani dan merangsang nafsu kami untuk kembali bercinta.
“Kamu janji tunggu saya yach.” Pintanya sambil menjilati dada dan leherku
“Ahh… janji… ahh…isapin klotku dong.”
Arman dengan brutal menjilat-jilat penisku hingga sangat berlendir, lalu ia mendorongku untuk berbaring di kasur, ia menunggangiku seperti menaiki pelana, sebelum memasukkan penisku ia menciumiku dengan manis serta mencubit-cubit putingku yang membuatku mengerang menahan nikmat yang merasuk ke sum-sum
Arman menjilati ketiakku berkali-kali, mungkin tubuhku sudah penuh dengan liurnya. Ia menghirup dalam-dalam wangi ketiakku yang juga berbau khas pria, ia sangat menikmatinya. Pikirku mungkin Arman juga seorang maniak bau badan pria. Sesaat kemudian Arman meludahi tangannya dan melumuri anusnya dengan liur itu, lalu dengan mudahnya penisku menembus pantatnya, bleess…!
“Oohh… oohh…” Erangku saat ia bergerak naik dan turun, kami berduel layaknya seperti perang seks.
Arman bergerak dengan cepat dan erangannya sungguh erotis. Pemandangan yang kulihat tidak bisa aku percaya sama sekali, Arman yang kupuja telah menjadi pacarku saat ini, ia sedang menikmati betapa ampuhnya kejantananku.
“Arman! Kita keluarkan bareng yah”
Lalu kami mengocok penis kami masing-masing, dan berpesta sembur-semburan di atas ranjang.
E N D,,,,,,,,,,,,,,,,,,